3 research outputs found

    THE RISK OF OBESITY AND DEVELOPMENTAL DELAY IN 2-5 YEAR OLD STUNTED CHILDREN IN KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

    Get PDF
    Malnutrition has been known to be the disease burden of the world. Obesity in children has also shown a continuity to rise in tendency. This phenomenon happens to civilization with lower to lower-middle income. It was as stated by Basic Health Research/Riskesdas (2013), that the proportion of obese children in Indonesia was 11,9% and the number of stunted children has reached 35,6% prevalence. Milmanet al. (2015)suggested that stunted children have bigger risk to suffer obesity and several noninfectious diseases. The purposes of this research is to figure out the risk of obesity in 2-5 year old stunted children in Kanigoro, Saptosari, Gunung Kidul, Yogyakarta. This observational epidemiology analytic study used the case control approach. The study was conducted in Kanigoro, Saptosari, Gunung Kidul, Yogyakarta.The data was gathered from March to June, 2017. This study performed 1:1 case and control groups comparation, which was 22 cases to 22 controls. Purposive sampling techniques was applied. The data for risk of obesity was gathered by finding out the z-score values of weight/height, while the data for stunting was gathered by finding out the z-score value of height/age. The bivariate analysis used a chi square test with 0,05α. The result is a relationship between obesity and stunting or that stunting is a factor leading to obesity (pvalue 0,016).The data analysis showed OR = 4.66 (95% CI=1,299 – 16,761), which means that 2-5 year old children with stunting have 4 times risk to suffer obesity bigger than normal children. Suggestions: Future researchers are welcome to use this study as a reference to evoke the act of intervention to stunting reduction in 2-5 year old children, as the effect of obesity has begun since the early life. Keywords: Stunting, Obesity, Childre

    RISIKO DEFISIENSI MINERAL DAN VITAMIN TERHADAP KEJADIAN STUNTING BALITA

    No full text
    ABSTRACT Food directly influences the risk of stunting. Based on the nutritional status monitoring, there were found children with high prevalance of stunting and severe stunting in Public Health Center of Kalasan. The number fell on 20.71% in 2017. This study aimed to figure out the risk of mineral and vitamin deficiency in stunting children through Public Health Center of Kalasan. It was an observational study, conducting a case-control method. The study gathered 106 samples of children by the use of consecutive sampling technique. It collected the data by the help of z score index of weight-for-age. The data of food consumption were fetched via an interview using SQFFQ method. The data were analyzed using the bivariate test with Chi Square?? 0,05. The results of mineral and vitamin level in stunting children were as follows: zinc (p=0.011), iron (p=0.010), iodine (p=0.027), calcium (p=0.000), phosphorus (p=0.002), magnesium (p=0.001), vitamin A (p=0.05), vitamin D (p=0.004). There was a relationship between minerals and vitamins consumption to prevent stunting in children. This can inspire future studies to measure the food consumption, preferably using food weighing method for a more accurate results. ABSTRAK Kejadian stunting berkaitan secara langsung dengan konsumsi makanan. Hasil pemantauan status gizi memperlihatkan pravelensi balita stunting di Puskesmas Kalasan cukup tinggi, yaitu 20,71% pada tahun 2017. Penelitian ini bertujuan mengetahui risiko defisiensi mineral (Seng, Zat Besi, Yodium, Kalsium, Fosfor, Magnesium) dan vitamin (Vitamin A, Vitamin D) terhadap kejadian Stunting di wilayah kerja Puskesmas Kalasan. Penelitian ini merupakan penelitian observasional menggunakan rancangan case-control. Sampel penelitian sebanyak 106 balita dipilih menggunakan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data stunting diperoleh dari perhitungan z score indeks TB/U, sedangkan data konsumsi diperoleh melalui wawancara menggunakan SQFFQ. Uji bivariat menggunakan Uji Chi Square?? 0,05. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa hasil bivariat sebagaimana terkait dengan kejadian stunting menunjukkan hasil yaitu seng (p=0,011), zat besi (p=0, 010), yodium (p=0,027), kalsium (p=0,000), fosfor (p=0,002), magnesium (p=0,001), vitamin A (p=0,05), vitamin D (p=0,004). Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan yaitu terdapat hubungan konsumsi mineral dan vitamin dengan kejadian stunting pada balita

    SISTEM IDENTIFIKASI CITRA JANIN TERHADAP ASUPAN GIZI IBU HAMIL DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOBEL DAN KIRSCH

    Get PDF
    Sistem Identifikasi digunakan untuk mendeteksi perubahan citra pada janin sehingga terbentuk tepi-tepi suatu obyek citra yang dimanfaatkan untuk mendeteksi citra janin. Metode citra yang digunakan dengan membandingkan antara metode Sobel dan metode Kirsch. Metode identifikasi ini digunakan untuk mendapatkan perbedaan intensitas.  Pada pemeriksaan ibu hamil,  kita  sering  melihat  janin  dengan berbagai  bentuk, ukuran anatomis gerakan serta hubungan dengan jaringan. Seiring dengan kemajuan informasi dan teknologi, maka memungkinkan untuk mengembangkan aplikasi yang dapat membantu manusia untuk mengenali bentuk-bentuk janin terhadap asupan gizi ibu hamil.Pengolahan citra digital adalah bidang yang berkembang dari teknologi digital dengan aplikasi deteksi janin dalam sains dan teknik. Salah satu bentuk janin yang terkait dengan pengolahan citra adalah pengenalan pola. Identifikasi janin dimulai dengan akuisisi data citra, pengolahan citra, deteksi tepi citra, dengan menggunakan metode Sobel dan metode Kirsch. Tujuan dari identifikasi ini untuk melihat kaitan antara asupan gizi ibu hamil dengan janin yang dikandungnya dengan melihat hasil citra yang diambil dari USG. Pengenalan pola akan mendeteksi citra janin sebagai masukan data. Hasil dari pengenalan pola tersebut akan dibandingkan dengan data citra yang lainnya. Berdasarkan hasil pengujian data citra janin metode Kirsch memiliki kinerja lebih baik dibandingkan metode Sobel. Hal ini dapat dilihat dari jumlah piksel penyusun tepi obyek memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan metode Sobel. Dan untuk tingkat akurasinya metode Kirsch memiliki tingkat akurasi lebih tinggi dan metode Sobel 
    corecore